London, Melihat sang suami tidur lelap seringkali justru membuat istrinya gelisah sehingga semakin tidak bisa tidur. Situasi ini disebut sleep envy, atau rasa iri terhadap orang lain yang bisa tidur lebih lelap.
Kadang-kadang, rasa iri tersebut dilampiaskan dengan cara membangungkan sang suami. Para istri melakukannya dengan berbagai cara, antara lain mencubit atau menabok punggung pasangannya hingga terjaga dengan mata merah menahan kantuk.
Cara yang agak menyebalkan ini paling banyak dilakukan, yakni oleh 10 persen responden dalam sebuah survei. Sisanya berusaha membangunkan suami dengan cara lain misalnya mengajak terus menerus ngobrol hingga mendapat tanggapan maupun sengaja menyalakan lampu atau televisi.
Faktor usia juga mempengaruhi pemilihan cara untuk melampiaskan rasa iri tersebut. Cara-cara yang agresif seperti melemparkan bantal atau menabok punggung lebih banyak dilakukan oleh wanita berusia paruh baya, sementara yang lebih muda kebanyakan memilih cara-cara yang lebih moderat seperti menyalakan televisi atau terus-terusan mengajak ngobrol.
Rasa iri tersebut muncul karena adanya kesenjangan terkait lamanya waktu yang dibutuhkan oleh pria dan wanita hingga tertidur. Sebanyak 25 persen wanita mengaku butuh waktu lebih dari 1 jam untuk bisa terlelap, sementara sebagian besar pria hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
Survei untuk mengungkap kebiasaan tidur yang tidak sehat ini digagas oleh sebuah perusahaan tempat tidur di Inggris, Silentnight. Tak kurang dari 4.000 wanita dari seluruh penjuru Inggris Raya dilibatkan dalam penelitian tersebut.
"Susah tidur memang menyebabkan frustrasi, tetapi dampaknya menjadi lebih buruk ketika orang di sampingnya juga terkena imbasnya. Kami menyarankan cara lain untuk mengatasi susah tidur, misalnya membaca atau minum minuman hangat di ruangan lain agar tidak mengganggu pasangannya," ungkap juru bicara Silentnight seperti dikutip dari Dailymail, Minggu (8/8/2010).
Dalam survei sebelumnya, Silentnight mengungkap bahwa gangguan tidur dalam kehidupan rumah tangga juga bisa disebabkan oleh kehadiran seorang anak. Hingga 2 tahun pertama umur si anak, orang tua kehilangan waktu istirahat sebanyak 6 bulan dari kebutuhan tidur yang normal.
Dalam kehidupan berumah tangga, masalah tidur bisa memicu dampak yang jauh lebih serius dari sekedar mudah sakit dan cepat lelah. Kurangnya waktu istirahat bisa menyebabkan gangguan suasana hati (mood), depresi dan pertengkaran yang ujung-ujungnya bisa berakhir pada perceraian(http://health.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar