VIVAnews - Menurut Mitchell Baker, pendiri sekaligus Chairperson of the Mozilla Corporation, lebih dari 70 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan browser Firefox.
Jika dibandingkan dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2010 yang menyebutkan pengguna Internet di Indonesia mencapai 30 juta user, berarti ada sekitar 21 juta pengguna memakai browser keluaran Mozilla. Angka ini menggenapi sekitar 400 juta pengguna Firefox secara global setiap harinya.
“Kami fokus mengembangkan layanan servis berbau lokal dan mendekatkan Firefox ke kehidupan sehari-hari,” kata Mitchell Baker kepada VIVAnews di Jakarta, Senin 27 September 2010. “Jadi, kami di sini bukan untuk mencari revenue, tetapi menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat di tiap negara.”
Baker menyebutkan, Mozilla juga merangkul pengembang lokal. “Banyak sumber daya yang bisa diberdayakan untuk membangun Firefox dengan cita rasa lokal,” tutur Baker. “Kalau sudah berbau lokal, Firefox akan bertahan dan itu yang membuat Firefox survive selama ini.”
“Sejauh ini, Firefox sudah menyediakan 72 bahasa lokal, termasuk Bahasa Indonesia dan akan terus ditambah. Namun, pengguna di Indonesia cukup unik,” tutur Baker. “Sekitar 80 sampai 85 persen pengguna malah memakai versi Bahasa Inggris, sisanya Bahasa Indonesia.”
Baker menyebutkan, dua faktor yang menjadi kunci sukses Firefox adalah mengembangkan browser yang lokal dan membuat produknya sangat mudah dikustomisasi. “Selain itu, cita-cita kami adalah membangun komunitas lokal yang tahu apa kebutuhan masyarakat lokal atas browser internet,” katanya.
Mitchell Baker tiba di Tanah Air pagi ini dari Singapura dan dijadwalkan akan bertemu dengan komunitas pengguna Firefox Indonesia di Blitzmegaplex, Pacific Place, Jakarta, pukul 19.00 hingga 22.00 WIB hari ini. (art)
• VIVAnewsJika dibandingkan dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2010 yang menyebutkan pengguna Internet di Indonesia mencapai 30 juta user, berarti ada sekitar 21 juta pengguna memakai browser keluaran Mozilla. Angka ini menggenapi sekitar 400 juta pengguna Firefox secara global setiap harinya.
“Kami fokus mengembangkan layanan servis berbau lokal dan mendekatkan Firefox ke kehidupan sehari-hari,” kata Mitchell Baker kepada VIVAnews di Jakarta, Senin 27 September 2010. “Jadi, kami di sini bukan untuk mencari revenue, tetapi menyediakan apa yang dibutuhkan masyarakat di tiap negara.”
Baker menyebutkan, Mozilla juga merangkul pengembang lokal. “Banyak sumber daya yang bisa diberdayakan untuk membangun Firefox dengan cita rasa lokal,” tutur Baker. “Kalau sudah berbau lokal, Firefox akan bertahan dan itu yang membuat Firefox survive selama ini.”
“Sejauh ini, Firefox sudah menyediakan 72 bahasa lokal, termasuk Bahasa Indonesia dan akan terus ditambah. Namun, pengguna di Indonesia cukup unik,” tutur Baker. “Sekitar 80 sampai 85 persen pengguna malah memakai versi Bahasa Inggris, sisanya Bahasa Indonesia.”
Baker menyebutkan, dua faktor yang menjadi kunci sukses Firefox adalah mengembangkan browser yang lokal dan membuat produknya sangat mudah dikustomisasi. “Selain itu, cita-cita kami adalah membangun komunitas lokal yang tahu apa kebutuhan masyarakat lokal atas browser internet,” katanya.
Mitchell Baker tiba di Tanah Air pagi ini dari Singapura dan dijadwalkan akan bertemu dengan komunitas pengguna Firefox Indonesia di Blitzmegaplex, Pacific Place, Jakarta, pukul 19.00 hingga 22.00 WIB hari ini. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar