Agustus 23, 2013

Seekor Anak Gajah Lahir di Tesso Nilo



Kabar gembira datang dari Tesso Nilo. Seekor anak gajah lahir di taman nasional yang terletak di Provinsi Riau itu pada 7 Agustus lalu. Anak gajah berjenis kelamin betina berbobot sekitar 90 kilogram ini lahir dalam kondisi sehat.

Kelahiran anak gajah yang belum diberi nama ini menjadi yang keempat bagi tim flying squad sejak beroperasi di Tesso Nilo pada 2004. Flying squad adalah tim penanganan konflik manusia-gajah yang terdiri dari empat ekor gajah terlatih. Tim ini hasil kerja sama WWF-Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo.

Kepala BBKSDA Riau, Kemal Amas, menyatakan kelahiran anak gajah ini tidak hanya menjadi hadiah Idul Fitri bagi upaya konservasi gajah, namun juga berita gembira dari Tesso Nilo. "Apalagi mengingat tingginya angka kematian gajah di kawasan ini dua tahun belakangan,“ kata dia, dalam siaran pers, Kamis, 22 Agustus 2013.

Kelahiran anak gajah ini juga merupakan kado istimewa menyambut Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada 12 Agustus lalu. "Gajah memiliki karakter yang mirip manusia, mereka tidak mudah menyerah terhadap keadaan," ujar Sunarto, ahli spesies dari WWF-Indonesia.

Si induk gajah, Ria (35), menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan sejak satu bulan lalu. Para mahout alias perawat gajah kala itu memperkirakan kehamilan Ria sudah memasuki bulan-bulan terakhir, meski waktunya tidak dapat diketahui secara tepat. Kehamilan seekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) pada umumnya berkisar antara 20-22 bulan.

Kelahiran si bayi gajah pertama kali diketahui oleh mahout Erwin Daulay. Saat itu tidak seperti biasanya Ria menjadi suka menghindar. Ternyata si induk gajah telah memiliki anak yang suka bersembunyi di sampingnya. Tim flying squad kemudian dengan hati-hati membimbing Ria dan anaknya menuju markas flying squad yang berjarak 700 meter dari lokasi melahirkan. 

Kehadiran bayi gajah ini tentu menjadi kabar gembira bagi upaya penyelamatan gajah di Tesso Nilo. Sebab, satwa langka ini belum terlepas dari ancaman kematian. Tahun lalu sebanyak 12 ekor gajah ditemukan mati di kawasan konservasi ini. Tahun ini ada tiga ekor lagi yang tewas. Sebagian besar kematian gajah ini karena diracun.

Sunarto mengatakan, gajah terus berupaya untuk beradaptasi dan berkembang biak meski menghadapi ancaman laju kehilangan habitat dan konflik yang dahsyat dengan manusia. Kelahiran anak gajah ini seolah membawa harapan baru bagi konservasi gajah di Indonesia, khususnya di Taman Nasional Tesso Nilo.
sumber:  http://www.tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer