April 22, 2014

Bentengi Anak dari Pelecehan Seksual

Ilustrasi
Irawati Istadi, penulis buku dan pengamat pendidikan seks menjelaskan, serbuan informasi tentang seks sudah sedemikian parah, sehingga tidak menutup kemungkinan anak mendapatkan informasi salah tentang seks. Bahkan bisa menjadi korban pelecehan seksual ataukejahatan seksual. 
        Untuk itu, ungkap Ira, panggilan akrabnya, orangtua maupun guru perlu mengajarkan pendidikan seks.  Kapan pendidikan seks dimulai? Tepatnya sejak anak mengenal perbedaan jenis kelamin, mana yang laki-laki dan mana yang perempuan. Selanjutnya orangtua mengarahkan bagaimana anak berperilaku sesuai dengan gendernya. Pendidikan seks harus dilakukan secara bertahap, sesuai usia. Hal-hal yang dapat diajarkan antara lain:

* Pengenalan anak terhadap organ seksualnya, pun bagaimana merawat dan menjaga kebersihan organ seksualnya.

* Menjelaskan terjadinya perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki mendadak bersuara besar, muncul jakun, bulu halus di ketiak dan alat kelamin, dan lain-lain. Perempuan payudaranya mulai tumbuh, timbul menstruasi, tumbuh bulu di beberapa bagian tertentu, dan lain-lain. Pun menerangkan adanya dorongan seksual di antara mereka. Dorongan ini bisa saja hanya berupa rasa suka atau senang dengan lawan jenis.

* Menjelaskan bentuk pelecehen seksual atau kejahatan seksual, serta bahaya keduanya. Baik yang aktif maupun pasif. Kejahatan seksual yang aktif antara lain pelecehan seksual. Jelaskan secara gamblang pelecehan dan kejahatan seksual tersebut, misal, meraba organ vital anak, meremas tubuh anak, mencium, dan lainnya. Sedangkan kejahatan seksual yang pasif berupaya membentengi anak dari pengaruh pornografi anak dari luar.

* Anak diminta untuk berani bertindak saat ada orang lain hendak berbuat kejahatan seksual. Termasuk kepada orang-orang yang dikenal baik dan dekat dengan anak seperti sopir, staf antar jemput, petugas kebersihan sekolah, satpam, bahkan orang-orang dekat yang memiliki hubungan saudara. Minta anak untuk teriak, berlari, menangis, dan tindakan yang mengundang perhatian orang lainnya. Minta anak untuk tidak takut terhadap ancaman pelaku.

* Minta anak untuk mengenali bentuk tindakan yang menjurus pada pelecehan atau kejahatan seksual, entah tatapan mata liar, rabaan, ciuman, elusan, maupun rangkulan.

* Untuk informasi berbau pornografi, anak harus dijelaskan itu adalah perbuatan kotor yang tidak layak ditiru dan dilihat. Cuma, guru dan orangtua jangan terlalu keras saat melarang, karena akan membuat anak penasaran dan mereka justru mencari-cari majalah atau informasi tersebut. Lakukan upaya persuasif. Bahkan, guru boleh saja memperlihatkan sedikit majalah seraya menjelaskan, itu perbuatan tidak beradap dan seronok.

*  Jadikan persepsi seks baik di mata anak. Seks bukan hal tabu yang harus dijauhi. Seks merupakan fitrah yang yang diberikan Tuhan kepada anak. Hanya, bagaimana supaya anak tidak menyalurkan seks dengan cara tidak sehat.  

* Orangtua dan guru, jadilah media yang memberikan informasi penting seputar masalah seksual seperti mimpi basah, homoseksual, banci, mengapa perempuan hamil, istilah seperti PSK, germo, dan lainnya. Memang, penjelasan harus disesuaikan dengan kebutuhan, juga bahasa sederhana yang dapat dipahami anak.


Dengan berbagai tindakan di atas, diharapkan anak memiliki benteng untuk mencegah pelecehan seksual maupun kejahatan seksual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

footer